Viral Kepsek SMAN 1 Cimarga Diduga Tampar Siswa karena Ketahuan Merokok, Ortu Lapor Polisi, Murid Mogok!

Siswa sman 1 cimarga mogok sekolahSiswa sman 1 cimarga mogok sekolah

INBERITA.COM, Kisruh terjadi di SMAN 1 Cimarga, Lebak, Banten, setelah kepala sekolahnya diduga melakukan tindakan kekerasan fisik terhadap salah satu siswa yang kedapatan merokok di lingkungan sekolah.

Kasus ini bukan hanya mencuat di kalangan internal sekolah, tetapi juga viral di media sosial dan berbuntut panjang hingga ke jalur hukum.

Insiden yang terjadi pada Jumat (10/10/2025) itu bermula saat seorang siswa berinisial ILP diketahui merokok. Kepala sekolah disebut langsung menegur dan kemudian menampar siswa tersebut.

Dugaan ini telah dilaporkan ke Polres Lebak oleh pihak keluarga korban. Konfirmasi mengenai laporan tersebut dibenarkan oleh Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak Satreskrim Polres Lebak, Ipda Limbong.

“Sudah (laporan ke polisi), itu udah ramai juga,” kata Limbong, Selasa (14/10/2025).

Limbong menyampaikan bahwa pihaknya masih dalam tahap penyelidikan dan sedang mengumpulkan keterangan dari berbagai pihak untuk mengungkap fakta yang berimbang.

“Laporannya terkait dia ditampar oleh kepala sekolah, terkait fakta-fakta, kita sedang proses penyelidikan. Kita nanti undang para pihak, saksi yang mengetahui kejadiannya juga, biar mendapatkan fakta yang berimbang,” jelasnya.

Anak dan orangtua yang ketahuan merokok lapor polisi gblk

Pihak keluarga korban, melalui orang tua bernama Tri Indah Alesti, menyatakan bahwa kasus tersebut telah dilimpahkan sepenuhnya kepada kuasa hukum mereka.

“Maaf, semua sudah dialihkan ke kuasa hukum saya,” ujarnya singkat saat dimintai konfirmasi oleh media.

Insiden dugaan kekerasan ini menuai perhatian luas hingga ke tingkat Pemerintah Provinsi Banten. Gubernur Banten, Andra Soni, menyatakan bahwa kepala sekolah tersebut tengah diproses untuk dinonaktifkan dari jabatannya.

“Itu sedang kita proses untuk dinonaktifkan,” ujarnya kepada wartawan.

Proses penonaktifan tersebut kini ditangani oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Provinsi Banten.

Plt Kepala Dinas Pendidikan Banten, Lukman, menjelaskan bahwa saat ini Badan Kepegawaian Daerah (BKD) tengah melakukan pemeriksaan awal terhadap kepala sekolah tersebut.

“Kita masih menunggu hasil dari BKD. Tugas kita hanya melakukan BAP awal, lalu hasilnya diserahkan ke BKD. Nanti BKD yang menentukan apakah dikembalikan sebagai guru, tetap menjabat sebagai kepala sekolah, atau ada tindakan lain,” ujar Lukman.

Sementara itu, reaksi keras datang dari siswa-siswi SMAN 1 Cimarga sendiri. Sebagai bentuk solidaritas terhadap rekan mereka yang diduga menjadi korban kekerasan, ratusan siswa melakukan aksi mogok sekolah pada Senin (13/10/2025).

Aksi tersebut berlanjut hingga Selasa (14/10/2025), dengan total 19 ruang kelas terpantau kosong.

Dalam aksi protes itu, para siswa membentangkan spanduk bertuliskan “Kami Tidak Akan Sekolah, Sebelum Kepsek Dilengserkan” di gerbang sekolah.

Aksi ini menjadi sorotan publik, terlebih karena berlangsung secara masif dan menggambarkan eskalasi ketegangan antara siswa dan pihak sekolah.

Menanggapi mogok belajar para siswa, Lukman menegaskan bahwa kegiatan belajar-mengajar seharusnya tetap berjalan. Ia meminta siswa kembali ke kelas agar pendidikan tidak terganggu.

“Tidak ada peliburan. Hari ini saya sudah perintahkan agar siswa masuk sekolah seperti biasa. Jangan sampai gara-gara tidak senang kepada kepala sekolah, lalu sekolah jadi tidak berjalan,” tegasnya.

Menurut pengakuan kepala sekolah yang tengah disorot, ia tidak menampar dengan keras, melainkan hanya menepuk kepala siswa.

“Tapi menurut pengakuan kepala sekolah, memang sempat ngeplak (menepuk kepala siswa). Saya tidak tahu apakah keras atau tidak, tapi pengakuannya memang begitu,” ujar Lukman.

Video siswa sman 1 cimarga ditampar gara2 ketahuan merokok

Namun kesaksian dari pihak siswa menyebut insiden tersebut melibatkan tindakan kekerasan lebih serius.

Kepala sekolah yang diketahui bernama Dini Fitria disebut tidak hanya menampar pipi ILP, tetapi juga menendang punggungnya dan melontarkan kata-kata kasar. Siswa tersebut kemudian dibawa ke ruang guru dan kembali dimarahi di hadapan para guru.

Pihak keluarga merasa bahwa perlakuan ini tidak hanya mencederai fisik anak mereka, tetapi juga berdampak psikologis.

“Perlakuan itu tidak pantas dan bisa menimbulkan trauma,” ujar keluarga korban dalam pernyataan tertulis yang disampaikan melalui kuasa hukum.

Mereka menegaskan tidak akan tinggal diam dan akan menempuh semua jalur hukum yang tersedia.

Peristiwa ini memicu perdebatan sengit di ruang publik. Banyak warganet menilai tindakan kepala sekolah tersebut sebagai bentuk pendisiplinan yang wajar di lingkungan pendidikan, namun tak sedikit pula yang menganggap tindakan fisik semacam itu tidak dapat dibenarkan, terlebih dilakukan oleh seorang pendidik.

Perdebatan semakin meruncing seiring mencuatnya fakta bahwa sikap para guru di sekolah tersebut pun terbelah. Ada yang mendukung kepala sekolah, dan ada pula yang menyatakan ketidaksetujuannya terhadap cara kepemimpinan yang dinilai keras.

Lukman mengatakan klarifikasi akan dilakukan menyeluruh, termasuk terhadap guru, siswa, dan komite sekolah, guna mencari titik temu dan solusi yang adil.

Hingga berita ini diturunkan, proses klarifikasi dan penyelidikan masih berlangsung. Kepala sekolah telah dinonaktifkan sementara hingga ada keputusan final dari Badan Kepegawaian Daerah.

Pemerintah berharap situasi segera kondusif dan kegiatan belajar-mengajar di SMAN 1 Cimarga bisa kembali normal, tanpa harus mengorbankan hak-hak siswa maupun profesionalitas tenaga pendidik. (xpr)