INBERITA.COM, Program televisi Xpose Uncensored yang tayang di Trans7 pada 13 Oktober 2025 menuai kecaman keras dari Pengurus Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Tayangan tersebut dianggap melecehkan kehidupan para kiai dan santri, sehingga memicu reaksi tegas dari pihak pesantren.
Menanggapi polemik tersebut, DPR RI menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) pada Kamis, 16 Oktober 2025, di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat.
Rapat dipimpin Wakil Ketua DPR RI, Dr. H. Cucun Ahmad Syamsurijal, M.A.P, dan dihadiri sejumlah pihak terkait, termasuk Direktur Utama Trans7 Atiek Nur Wahyuni, Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Ubaidillah, Dirjen Komunikasi Publik dan Media Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) RI Fifi Aleyda Yahya, serta perwakilan dari Himpunan Santri Lirboyo (HIMSAL).
Dalam forum resmi tersebut, Direktur Utama Trans7, Atiek Nur Wahyuni, menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada seluruh pihak yang merasa dirugikan atas tayangan program Xpose Uncensored.
“Kami juga memohon maaf kepada segenap kiai dan keluarga, para pengasuh, santri, serta alumni Pondok Pesantren Lirboyo dan seluruh keluarga besar pondok pesantren di Indonesia. Pertama-tama kami ingin menjelaskan bahwa kami telah menayangkan permohonan maaf secara resmi, terbuka dan simultan di layar Trans7 serta melalui akun media sosial Instagram @officialtrans7,” ujar Atiek Nur Wahyuni, dikutip dari kanal YouTube DPR RI, Jumat (17/10/2025).
Atiek menegaskan bahwa program tersebut diproduksi oleh pihak eksternal, yakni rumah produksi (production house/PH) bernama Sandika, bukan oleh tim internal Trans7.
Menyusul polemik yang terjadi, Trans7 langsung mengambil tindakan tegas dengan menghentikan seluruh kerja sama dengan PH Sandika, tidak hanya untuk program Xpose Uncensored, tetapi juga untuk seluruh program yang pernah diproduksi oleh rumah produksi tersebut, baik untuk Trans7 maupun Trans TV.
“Sekarang Pak, PH-nya adalah Sandika. Langsung tanggal 14 itu juga, atas arahan Pak Chairul Tanjung, kami semua langsung memutuskan hubungan kerja dengan rumah produksi tersebut. Tidak hanya di Trans7 dan bukan hanya untuk program Xpose Uncensored, tapi seluruh program yang dibuat oleh Sandika telah diberhentikan dari Trans TV dan Trans7,” kata Atiek menegaskan.
Trans7 juga sudah melakukan langkah konkret lainnya, termasuk melakukan silaturahmi langsung ke Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, pada 15 Oktober 2025. Dalam pertemuan itu, pihak stasiun televisi menyampaikan permintaan maaf secara langsung kepada pimpinan dan keluarga besar pesantren.
“Kami, Trans7 dengan segala kerendahan hati memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kelalaian dalam penayangan program Xpose Uncensored 13 Oktober 2025. Kami juga memohon maaf kepada segenap kiai dan keluarga, kepada para pengasuh santri, serta alumni Pondok Pesantren Lirboyo dan seluruh keluarga besar pondok pesantren di Indonesia,” lanjut Atiek.
Tak hanya itu, Trans7 juga mengambil langkah internal berupa evaluasi menyeluruh terhadap sistem produksi dan pengawasan konten.
Atiek menyebut bahwa pihaknya akan memperketat proses quality control untuk mencegah insiden serupa terulang di kemudian hari.
“Trans7 juga sudah memberi tindakan tegas kepada pihak internal yang terkait program tersebut dan sudah menghentikan program Xpose Uncensored dari seluruh saluran penyiaran, baik televisi, media sosial maupun platform digital Trans7 lainnya,” ungkapnya.
Dalam rapat yang berlangsung terbuka itu, Atiek juga menyampaikan bahwa keputusan penghentian permanen program tersebut merupakan arahan langsung dari pemilik CT Corp, Chairul Tanjung. Ia mengatakan bahwa pihak manajemen Trans7 sepenuhnya sepakat dengan keputusan tersebut.
“Kami mendapatkan arahan dari Pak Chairul Tanjung dan sangat setuju bahwa program ini (Xpose Uncensored) akan kami hentikan untuk seterusnya,” tegas Atiek.
Ia juga menyebut bahwa Chairul Tanjung selaku pemilik CT Corp akan mendatangi langsung Pondok Pesantren Lirboyo dalam waktu dekat untuk menyampaikan permintaan maaf secara pribadi kepada keluarga besar KH Anwar Manshur dan seluruh jajaran pondok.
Insiden ini menjadi pengingat serius bagi dunia penyiaran untuk lebih berhati-hati dalam menayangkan konten yang berkaitan dengan nilai-nilai budaya dan agama, terlebih jika menyangkut institusi keagamaan seperti pondok pesantren yang memiliki sensitivitas tinggi.
Konten program Xpose Uncensored yang menyinggung kehidupan santri dan kiai ini sempat viral di media sosial dan mendapat respons keras dari berbagai kalangan, termasuk organisasi keagamaan dan tokoh publik.
Gelombang kritik itu pula yang akhirnya mendorong DPR RI untuk mengundang semua pihak terkait dalam forum RDP sebagai upaya penyelesaian dan klarifikasi.
Dengan dihentikannya program Xpose Uncensored dan pemutusan kerja sama dengan rumah produksi yang bersangkutan, Trans7 berharap polemik ini bisa segera berakhir.
Namun, kejadian ini jelas meninggalkan catatan penting bagi dunia pertelevisian nasional agar senantiasa mengedepankan etika, akurasi, dan rasa hormat terhadap nilai-nilai yang dianut masyarakat luas. (xpr)








