INBERITA.COM, Kasus flu dan batuk dilaporkan mengalami peningkatan di berbagai daerah dalam beberapa pekan terakhir. Keluhan seperti badan meriang, sakit tenggorokan, hingga batuk pilek yang tak kunjung reda menjadi gejala umum yang banyak dialami masyarakat.
Menurut dr Inggrid Tania, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), salah satu pemicu utama dari lonjakan kasus ini adalah perubahan cuaca ekstrem yang tengah terjadi di berbagai wilayah.
Dalam keterangannya pada Rabu (8/10/2025), dr Inggrid menjelaskan bahwa virus influenza cenderung lebih mudah berkembang biak dalam kondisi udara dingin dan lembap.
Inilah yang menyebabkan kasus flu meningkat tajam saat musim hujan atau masa transisi cuaca, seperti pancaroba yang sedang berlangsung saat ini.
“Virus influenza lebih mudah berkembang biak ketika suhu udara menurun dan kelembapan meningkat,” ujar dr Inggrid.
“Itulah sebabnya saat musim hujan atau pergantian musim, kasus flu cenderung meningkat,” tambahnya.
Ia juga mengingatkan bahwa cuaca yang tidak menentu—panas terik di siang hari lalu hujan deras pada malam hari—membuat tubuh harus bekerja lebih keras untuk beradaptasi.
Hal ini kerap menyebabkan daya tahan tubuh melemah, sehingga virus lebih mudah menyerang. Sistem imun yang tidak optimal akan mempermudah penyebaran infeksi saluran pernapasan, termasuk flu.
Di tengah kondisi ini, dr Inggrid menyoroti pentingnya peran herbal dalam mendukung daya tahan tubuh. Ia menyebutkan bahwa konsumsi rutin tanaman obat dan jamu tradisional dapat menjadi benteng alami untuk melawan infeksi virus.
“Herbal bisa jadi tameng alami. Kalau diminum rutin, bisa bantu tubuh lebih kuat menghadapi virus,” jelasnya.
Beberapa tanaman herbal seperti jahe, temulawak, kunyit, dan meniran dikenal luas di Indonesia karena khasiatnya dalam menjaga imunitas.
Meningkatnya kasus flu tentu saja dapat mengganggu aktivitas harian masyarakat, apalagi jika disertai gejala seperti demam, menggigil, pegal-pegal, dan gangguan pernapasan.
Meski demikian, dr Inggrid menekankan agar masyarakat tidak panik dalam menghadapi kondisi ini.
Ia menyarankan untuk tetap menjaga pola hidup sehat dengan memperhatikan kecukupan istirahat, asupan gizi seimbang, dan konsumsi cairan yang memadai.
Ia juga mengingatkan bahwa dalam banyak kasus, infeksi virus flu bersifat self-limiting, artinya bisa sembuh dengan sendirinya selama sistem kekebalan tubuh bekerja optimal. Oleh karena itu, peran gaya hidup sehat dan konsumsi nutrisi yang tepat menjadi kunci pemulihan.
“Yang penting jangan anggap remeh. Kalau gejala berat atau tak kunjung membaik, segera ke dokter,” tutupnya.
Di tengah fluktuasi cuaca yang tidak menentu dan ancaman infeksi musiman yang meningkat, masyarakat diimbau untuk lebih waspada dan responsif terhadap kondisi tubuh.
Upaya preventif seperti memakai masker di tempat umum, mencuci tangan secara rutin, serta memperkuat imunitas dengan bahan alami menjadi langkah sederhana namun efektif dalam mencegah penyebaran flu.
Situasi ini juga menunjukkan pentingnya peran pengobatan tradisional sebagai pelengkap upaya kesehatan modern. Dengan pemanfaatan herbal yang tepat dan berkualitas, Indonesia memiliki potensi besar dalam menjaga kesehatan masyarakat secara holistik.
Flu dan batuk mungkin bukan penyakit yang tergolong berat, namun jika dibiarkan dan tidak ditangani dengan baik, bisa berdampak pada produktivitas dan kualitas hidup secara keseluruhan.
Untuk itu, menjaga daya tahan tubuh dan segera berkonsultasi saat gejala tak kunjung mereda menjadi langkah bijak yang harus dilakukan di masa pancaroba seperti saat ini. (xpr)








