INBERITA.COM, Media sosial X diramaikan oleh unggahan seorang warganet yang mengaku seluruh anggota keluarganya tengah terserang flu dan demam. Ia kemudian menyinggung soal adanya rumor bahwa virus corona atau Covid-19 kembali berkembang di Indonesia.
“Kalian ada yang lagi demam, flu, radang enggak? Sekeluargaku lagi ngerasain itu, rumornya Covid berkembang lagi ya?” tulis akun @tan******* pada Selasa, 30 September 2025.
Unggahan tersebut dengan cepat mendapat respons luas dari warganet lain yang juga mengaku mengalami gejala serupa.
Banyak di antaranya mengaitkan kondisi ini dengan potensi lonjakan kasus Covid-19, terlebih di tengah cuaca yang tidak menentu selama musim pancaroba.
Namun, apakah benar bahwa kasus Covid-19 di Indonesia sedang kembali meningkat?
Menanggapi isu ini, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Konsultan Gastroenterologi dan Hepatologi, sekaligus Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Ari Fahrial Syam, memastikan bahwa hingga saat ini belum ada data yang menunjukkan adanya peningkatan kasus Covid-19 secara signifikan di Tanah Air.
“Tidak ada data Covid-19 meningkat, tetapi memang cuaca pancaroba bisa meningkatkan kasus flu,” kata Ari saat dihubungi pada Kamis, 2 Oktober 2025.
Menurut data Statistik Resmi Laporan Pengawasan Kasus Influenza dan Covid-19 per 27 September 2025, dari total 417 pemeriksaan Covid-19 yang dilakukan pemerintah, hanya ditemukan 7 kasus positif. Hal ini menghasilkan angka positivity rate sebesar 1,68 persen.
Rilis resmi tersebut juga mencatat bahwa varian Covid-19 yang saat ini terdeteksi di Indonesia termasuk dalam kategori varian dengan risiko rendah.
Ari menjelaskan bahwa musim pancaroba memang dikenal sebagai periode rawan penyakit infeksi.
Dalam situasi seperti ini, ada tiga penyakit yang cenderung mendominasi dan banyak menyerang masyarakat, yakni diare, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), serta demam tifoid.
“Diare atau ISPA disebabkan oleh virus, sementara demam tifoid disebabkan oleh bakteri,” ujarnya.
Ia menambahkan, kondisi ini erat kaitannya dengan tiga faktor utama, yaitu daya tahan tubuh seseorang, jumlah kuman atau bibit penyakit yang masuk ke tubuh, serta faktor lingkungan.
Cuaca yang berubah-ubah antara panas dan hujan secara cepat menyebabkan suhu lingkungan tidak stabil, yang berdampak langsung pada daya tahan tubuh.
Tubuh manusia membutuhkan adaptasi terhadap perubahan suhu ini, dan jika tidak seimbang, sistem imun bisa menurun, membuat seseorang lebih mudah terserang penyakit.
Di sisi lain, Ari juga menyoroti dampak lingkungan yang tidak bersih selama musim pancaroba. Genangan air kotor yang muncul akibat hujan berpotensi besar menjadi tempat berkembang biaknya lalat dan nyamuk, dua vektor utama penyebar penyakit.
“Genangan air kotor karena hujan akan mengundang lalat. Lalat merupakan vektor utama penyebab penyakit infeksi bakteri seperti Salmonella, Shigella, dan Amoeba,” jelasnya.
Tak hanya itu, kondisi rumah yang lembab juga menjadi lingkungan ideal bagi kecoak berkembang biak. Serangga ini dikenal sebagai pembawa berbagai bibit penyakit, terutama yang menyerang sistem pencernaan dan pernapasan.
“Faktor cuaca tidak menentu juga menjadi penyebab infeksi saluran napas atas meningkat,” tambah Ari.
Selain ISPA dan diare, penyakit demam berdarah dengue (DBD) juga menjadi salah satu yang perlu diwaspadai selama musim hujan.
Ari mengingatkan bahwa genangan air akibat hujan bisa menjadi tempat bertelur bagi nyamuk Aedes aegypti, vektor utama penyebar virus dengue.
“Banyaknya genangan air akibat hujan juga berpotensi meningkatnya nyamuk Aedes aegypti virus dengue dan menyebabkan peningkatan kasus DHF,” ungkapnya.
Melihat kondisi ini, Ari Fahrial Syam menekankan pentingnya menjaga daya tahan tubuh agar tetap prima. Ia menyarankan agar masyarakat menjaga pola hidup sehat dengan memperhatikan asupan makanan, pola tidur, serta aktivitas fisik secara rutin.
“Istirahat cukup minimal tidur 6 jam per hari, makan teratur dan bergizi, banyak konsumsi buah dan sayur-sayuran, cukup minum 8–10 gelas sehari, dan olahraga yang teratur,” kata dia.
Dengan cuaca yang tidak menentu dan potensi penyebaran penyakit yang meningkat, masyarakat diimbau untuk tidak panik namun tetap waspada.
Menjaga kesehatan pribadi dan kebersihan lingkungan menjadi langkah pertama yang sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit selama musim pancaroba. (xpr)